PROPOSAL
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAMFLET
DI LINGKUNGAN KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
Disusun oleh:
1. Leni
Andriani
2. Meita
Rosalina
3. Rizky
Harliani Prihatiningtyas
Kelas :
TK-1C
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2014
A.
Latar Belakang Masalah
“Komunikasi adalah suatu
proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya
simbol-simbol verbal) bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu lain
(komunikate/komunikan)”(Effendy, 1994:4). Komunikasi tidak hanya dilakukan
secara lisan, namun dapat juga secara tertulis. Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya
pembicaraaan secara langsung antara
pengirim dan penerima informasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan
pengetahuan manusia, komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
mencapai tujuannya. Kita dapat menggabungkan gambar, simbol, tulisan, angka,
dan warna untuk menarik perhatian pembaca.
Pamflet adalah tulisan yang dapat disertai dengan gambar
atau tidak, tanpa penyampulan maupun penjilidan, yang dicantumkan pada selembar
kertas pada salah satu sisi atau kedua sisinya, lalu
dilipat atau dipotong setengah, sepertiga, atau bahkan seperempatnya, sehingga
terlihat lebih kecil. Kita juga sering menjumpai pamflet, terutama dalam
lingkungan kampus.
Menurut kami, masih terdapat
beberapa kesalahan penggunaan kebahasaan dalam pamflet di lingkungan kampus.
Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa sebagai penulis pamflet
tentang kaidah-kaidah kebahasaan, seperti Ejaan Yang Disempurnakan, penulisan
unsur serapan, maupun penggunaan kata baku. Pamflet yang baik seharusnya mengikuti aturan penulisan
kebahasaan. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita dapat membuat pamflet yang
menarik tanpa harus keluar dari aturan penulisan kebahasaan. Sehingga pembaca
tertarik dan mengerti apa yang dimaksud dalam pamflet tersebut.
Berdasarkan uraian
tersebut, kami ingin menganalisis “Penggunaan Bahasa Indonesia pada Pamflet di Lingkungan
Politeknik Negeri Semarang”. Meskipun sebelumnya sudah terdapat penelitian
dengan tema yang sama, namun kami merasa penelitian sebelumnya kurang sempurna.
Oleh karena pada
penelitian sebelumnya hanya membahas tentang sedikit kesalahan pemakaian kata dan tanda baca
pada pamflet, maka kami mengambil tema yang sama dan ingin
menyempurnakan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.
B. Perumusan Masalah
1. Apa
saja kesalahan yang
sering ditemukan dalam pamflet?
2. Bagaimana
pemilihan kata (diksi) yang
baik dan benar dalam
kalimat pada pamflet?
3. Bagaimana
penggunaan unsur serapan
yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia?
4. Mengapa dalam menulis pamflet harus sesuai dengan
aturan kebahasaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui kesalahan yang sering ditemukam dalam pamflet.
2. Mengetahui
pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat
pada pamflet.
3. Mengetahui penggunaan
unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan
bahasa Indonesia
4. Mengetahui penulisan pamflet yang baik dan benar sesuai dengan aturan kebahasaan.
D.
Tinjauan pustaka
1.
Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi atau pilihan kata adalah
pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan.
Diksi atau Plilihan kata mencakup
pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan –
ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada
pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya
fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan
lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan
tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
Macam-macam Diksi:
a. Kata-kata Denotatif dan Konotatif
·
Makna Denotasi adalah makna yang
sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang
bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan
makna.
Contoh kata Denotatif :
-
Membicarakan
-
Memperlihatkan
-
Penonton
·
Makna Konotasi adalah makna yang
bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi
yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
-
Membahas, mengkaji
-
Menelaah, meneliti, menyelidiki
-
Pemirsa, pemerhati
b. Kata Umum dan Kata Khusus
·
Makna Umum adalah makna yang
memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
·
Makna Khusus adalah makna yang
memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh:
Kata Umum
|
Kata Khusus
|
Ikan
|
Gurame, Lele, Lumba-lumba, Tuna
|
Bunga
|
Mawar, Melati, Anggrek, Dahlia
|
c. Kata
Makna Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang
bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau
serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun
bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.
Contoh Kata Bersinonim :
·
Cerdas = Cerdik, Hebat,
Pintar.
·
Besar = Agung, Raya
·
Mati = Mangkat, Wafat, Meninggal
·
Ilmu = Pengetahuan
·
Penelitian = Penyelidikan
d. Kata Baku dan non-Baku
Kata baku adalah kata yang cara
pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah yang dibakukan. Kaidah
standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan kamus umum.
Kata baku dan non-baku dapat
dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti:
Kata baku yang memiliki kata
non-baku karena :
-
Penambahan Fonem
Kata Tidak Baku
|
Kata Baku
|
Imbau
|
Himbau
|
Andal
|
Handal
|
Utang
|
Hutang
|
-
Pengurangan Fonem
Kata Tidak Baku
|
Kata Baku
|
Tak
|
Tidak
|
Trampil
|
Terampil
|
Tapi
|
Tetapi
|
-
Pengubahan Fonem
Kata Tidak Baku
|
Kata Baku
|
Telor
|
Telur
|
Obah
|
Ubah
|
Nampak
|
Tampak
|
e. Dalam penggunaan kata depan dan kata
penghubung harus digunakan secara tepat,
yang sesuai dengan jenis keterangan
dalam jenis kalimat :
·
Untuk keterangan tempat di
gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
·
Untuk keterangan waktu digunakan
kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
·
Untuk keterangan alat di gunakan
kata dengan.
·
Untuk keterangan tujuan digunakan
kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
·
Untuk keterangan cara digunakan
kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
·
Untuk keterangan penyerta di
gunakan kata dengan, bersama, beserta.
·
Untuk keterangan perbandingan
atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
·
Untuk keterangan sebab di gunakan
kata karena, sebab.
f. Penulisan
kata secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata
secara benar seperti :
·
Penulisan kata depan di yang
benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
·
Penulisan kata depan ke yang
benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
·
Penulisan kata depan dari yang
benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
Selain
kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula terdapat kesalahan
sebagai berikut :
·
Penulisan partikel “non” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Non-Indonesia
|
Non Indonesia
|
Non-Batak
|
Non Batak
|
Nonformal
|
Non Formal, non-formal
|
·
Penulisan partikel “sub” seperti
pada contoh :
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Subbab
|
Sub bab, sub-bab
|
Subbagian
|
Sub bagian, sub-bagian
|
·
Penulisan pertikel “per” seperti
pada contoh:
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Per jam
|
Perjam
|
Per bulan
|
Perbulan
|
Per tahun
|
Pertahun
|
· Penulisan kata “per” yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau ‘memperlakukannya
sebagai’.
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Perbesar
|
Per besar
|
Persingkat
|
Per singkat
|
·
Penulisan kata “ pun “ yang mempunyai arti ”juga” harus
dituliskan secara terpisah dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Aku pun
|
Akupun
|
Sedikit pun
|
Sedikitpun
|
·
Penulisan kata “pun” pada kata
tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus dituliskan serangkai dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Meskipun
|
Meski pun
|
Bagaimanapun
|
Bagaimana pun
|
·
Penulisan kata “pasca”
bentuk terikat pasca ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Pascasarjana
|
Pasca sarjana, pasca-sarjana
|
Pascapanen
|
Pasca panen, pasca-panen
|
·
Penulisan awalan tertentu,
seperti:
Penulisan yang benar
|
Penulisan yang salah
|
Bertolak belakang
|
Bertolakbelakang
|
Mendarah daging
|
Mendarahdaging
|
g. Homonim, Homofon, Homograf
·
Homonim
Homo artinya sama, nim berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama
bunyi tetapi berbeda makna.
Contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam
perjudian.
·
Homofon
Bunyi atau
suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna.
Contoh :Bank :
tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
· Homograf
Sama tulisan,
berbeda bunyi dan berbeda makna.
Contoh : Ular
kobra itu bisanya mematikan.
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah
jika aku telat pilang karena latihan.
h. Kata Abstrak dan Kata Konkrit
·
Kata abstrak berupa konsep.
Contoh: Kebenaran pendapat itu begitu
meyakinkan.
·
Kata konkrit berupa objek yang
dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat
mengalami kenaikan hingga sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji.
2.
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur Serapan dalam
suatu tulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga ditentukan oleh
kecermatan penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca.
Ketidakcermatan penulisan unsur serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca
dapat mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi)
pembicara. Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa juga harus cermat dan tepat
menggunakan kedua aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah
penulisan unsur serapan dan tanda baca, berikut ini akan dijelaskan beberapa
kaidah yang bertalian dengan kedua aspek ejaan Penulisan Unsur Serapan dalam
EYD tersebut.
a.
Penyajian
Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integritasinya, unsur serapan itu
ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapanya
maupun penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan
secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan Penulisan Unsur Serapan dalam
EYD dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
b.
Penyerapan
secara alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke
dalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia
tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai
penyerapan secara alamiah.
Contoh:
Abjad mode badan potret
Ilham sehat perlu arloji
sirsak hikayat meja listrik
abad radio kitab imitasi
kabar orator minggu supir
Abjad mode badan potret
Ilham sehat perlu arloji
sirsak hikayat meja listrik
abad radio kitab imitasi
kabar orator minggu supir
c.
Penyerapan
seperti bentuk asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dapat
dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa
asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya.
Penyerapan seperti ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
shuttle cock cum laude bridge
de facto hockey
curriculum vitae status quo
Contoh:
shuttle cock cum laude bridge
de facto hockey
curriculum vitae status quo
d.
Penyerapan
dengan terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
dilakukan melalui penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini
dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, dapat berupa satu kata asing dipadankan dengan satu
kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Kata Asing Terjemahan Indonesianya
feed back umpan balik (balikan)
medical pengobatan
take off lepas landas
point butir
input masukan
output keluaran
Kata Asing Terjemahan Indonesianya
feed back umpan balik (balikan)
medical pengobatan
take off lepas landas
point butir
input masukan
output keluaran
e.
Penyerapan
dengan perubahan
Unsur-unsur bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya
disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian,
bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing
(asal) hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dilakukan agar bahasa Indonesia
dalam perkembangannya memiliki ciri umum (Internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan seperti ini
diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan mengenai perubahan
dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kata Indonesia.
Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut:
Bentuk Asal Bentuk Serapan Bentuk Asal Bentuk Serapan
octaaf oktaf caisson kaison
haematite hematit structure struktur
construction konstruksi circulation sirkulasi
accomodation akomodasi acclamation aklamasi
accent aksen charisma karisma
technique teknik check cek
effective efektif system sistem
idealist idealis station stasiun
geometry geometri fossil fosil
Bentuk Asal Bentuk Serapan Bentuk Asal Bentuk Serapan
octaaf oktaf caisson kaison
haematite hematit structure struktur
construction konstruksi circulation sirkulasi
accomodation akomodasi acclamation aklamasi
accent aksen charisma karisma
technique teknik check cek
effective efektif system sistem
idealist idealis station stasiun
geometry geometri fossil fosil
f. Penyerapan akhiran asing
Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang utuh, seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata implemen, dan kata objektif di samping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain –is, -isme, -al, –ik, –ika, -wan, -wati, -log, dan –ur.
g.
Unsur
serapan diberi imbuhan bahasa Indonesia
Penulisan unsur serapan yang
sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat diberi imbuhan bahasa
Indonesia. Pemberian imbuhan pada unsur serapan ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu proses pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses
pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila unsur serapan
itu sudah dirasakan seperti bahasa Indonesia, maka proses pengimbuhannya
mengikuti bahasa Indonesia. Jika unsur serapan itu masih dirasakan seperti
bahasa asing, maka proses pengimbuhannya dapat saja tidak mengikuti aturan
bahasa Indonesia.
Contoh:
kontak mengontak
opname diopname
kritik mengkritik
terjemah menerjemahkan
sukses menyukseskan
protes memprotes
kontak mengontak
opname diopname
kritik mengkritik
terjemah menerjemahkan
sukses menyukseskan
protes memprotes
E.
Metodologi Penelitian
Metodologi
yang akan kami lakukan dalam penelitian ini adalah metodologi pengamatan (observasi).
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki.
F.
Daftar Pustaka
http://piiekaa.blogspot.com/2012/12/analisis-kesalahan-penggunaan-bahasa.html,diunduh pada Kamis, 26 November
2014, pukul 15.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Pamflet, diunduh pada Sabtu, 29 November
2014, pukul 19:29
http://nevindaelwa.blogspot.com/2013/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html, diunduh pada Jumat, 5 Desember
2014, pukul 12:47 WIB
http://www.pemudaintelektual.com/2014/05/penulisan-unsur-serapan-dalam-eyd.html, diunduh pada Sabtu, 6 Desember
2014, pukul 13:12 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar