Sabtu, 06 Desember 2014

Pertanyaan tentang Resistor

Sesi Tanya Jawab Kelompok (Resistor) Kelas TK-1C 2014/2015 • Pertanyaan 1 : : Apa yang dimaksud dengan rangkaian RGB? Jawaban menurut kelompok : Rangkaian RGB atau rangkaian Red Green Blue adalah rangkaian yang berfungsi untuk memberi warna, misalnya pada televisi atau pada layar monitor. Jika terdapat rangkaian yang rusak, maka akan berdampak pada display tv bewarna atau monitor. • Pertanyaan 2 : : Bagaimana cara membaca nilai resistor yang memiliki 5 gelang warna? Jawaban menurut kelompok : Cara membaca nilai resistor yang memiliki 5 gelang warna sama seperti ketika membaca nilai resistor yang memiliki 4 gelang warna. Hanya saja pada resistor 5 gelang warna, nilai gelang kedua sama seperti nilai gelang ketiga, sedangkan gelang keempat merupakan faktor pengali (menyatakan banyaknya nol). Contoh: • Pertanyaan 3 : : Aplikasi resistor SMD? Jawaban menurut kelompok : Sebenarnya aplikasi resistor SMD seperti aplikasi resistor pada umumnya, sama saja. Hanya munculnya resistor SMD karena kemajuan teknologi sekarang ini. Jadi resistor SMD bisa digunakan misalnya pada rangkaian LED ataupun handphone.

Resistor (power point)

https://docs.google.com/presentation/d/1RxaMkPkw151IWdgRarzNd06gv91rav-ylidc17Nf5H4/edit?usp=sharing

PROPOSAL PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAMFLET



PROPOSAL
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA PAMFLET
DI LINGKUNGAN KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


logo polines.jpg



Disusun oleh:
1.     Leni Andriani
2.     Meita Rosalina
3.     Rizky Harliani Prihatiningtyas
Kelas          :  TK-1C



PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2014


A.   Latar Belakang Masalah
“Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimuli (biasanya simbol-simbol verbal) bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu lain (komunikate/komunikan)”(Effendy, 1994:4). Komunikasi tidak hanya dilakukan secara lisan, namun dapat juga secara tertulis. Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraaan secara langsung antara pengirim dan penerima informasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan manusia, komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Kita dapat menggabungkan gambar, simbol, tulisan, angka, dan warna untuk menarik perhatian pembaca.
Pamflet adalah tulisan yang dapat disertai dengan gambar atau tidak, tanpa penyampulan maupun penjilidan, yang dicantumkan pada selembar kertas pada salah satu sisi atau kedua sisinya, lalu dilipat atau dipotong setengah, sepertiga, atau bahkan seperempatnya, sehingga terlihat lebih kecil. Kita juga sering menjumpai pamflet, terutama dalam lingkungan kampus.
Menurut kami, masih terdapat beberapa kesalahan penggunaan kebahasaan dalam pamflet di lingkungan kampus. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa sebagai penulis pamflet tentang kaidah-kaidah kebahasaan, seperti Ejaan Yang Disempurnakan, penulisan unsur serapan, maupun penggunaan kata baku. Pamflet yang baik seharusnya mengikuti aturan penulisan kebahasaan. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita dapat membuat pamflet yang menarik tanpa harus keluar dari aturan penulisan kebahasaan. Sehingga pembaca tertarik dan mengerti apa yang dimaksud dalam pamflet tersebut.
            Berdasarkan uraian tersebut, kami ingin menganalisis “Penggunaan Bahasa Indonesia pada Pamflet di Lingkungan Politeknik Negeri Semarang”. Meskipun sebelumnya sudah terdapat penelitian dengan tema yang sama, namun kami merasa penelitian sebelumnya kurang sempurna. Oleh karena pada penelitian sebelumnya hanya membahas tentang sedikit kesalahan pemakaian kata dan tanda baca pada pamflet, maka  kami mengambil tema yang sama dan ingin menyempurnakan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.



B.   Perumusan Masalah
1.     Apa saja kesalahan yang sering ditemukan dalam pamflet?
2.     Bagaimana pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet?
3.     Bagaimana penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia?
4.     Mengapa dalam menulis pamflet harus sesuai dengan aturan kebahasaan?

C.   Tujuan
1.     Mengetahui kesalahan yang sering ditemukam dalam pamflet.
2.     Mengetahui pemilihan kata (diksi) yang baik dan benar dalam kalimat pada pamflet.
3.     Mengetahui penggunaan unsur serapan yang benar dan sesuai dengan aturan bahasa Indonesia
4.     Mengetahui penulisan pamflet yang baik dan benar sesuai dengan aturan  kebahasaan.











D.   Tinjauan pustaka
1.     Pemilihan Kata (Diksi)        
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan  digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
Macam-macam Diksi:
a.  Kata-kata Denotatif dan Konotatif
·             Makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh kata Denotatif :
-        Membicarakan
-        Memperlihatkan
-        Penonton
·         Makna Konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
-        Membahas, mengkaji
-        Menelaah, meneliti, menyelidiki
-        Pemirsa, pemerhati





b. Kata Umum dan Kata Khusus
·          Makna Umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
·          Makna Khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain.
Contoh:
Kata Umum
Kata Khusus
Ikan
Gurame, Lele, Lumba-lumba, Tuna
Bunga
Mawar, Melati, Anggrek, Dahlia




c.  Kata Makna Bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus memilih kata yang tepat  dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.
Contoh Kata Bersinonim :
·       Cerdas                = Cerdik, Hebat, Pintar.
·       Besar                  = Agung, Raya
·       Mati                   = Mangkat, Wafat, Meninggal
·       Ilmu                   = Pengetahuan
·       Penelitian           = Penyelidikan

d. Kata Baku dan non-Baku
Kata baku adalah  kata yang cara pengucapannya atau penulisannya sesuai dengan kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dibakukan terebut dapat berupa pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan  kamus umum.






Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti:
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
-        Penambahan Fonem
Kata Tidak Baku
Kata Baku
Imbau
Himbau
Andal
Handal
Utang
Hutang

-        Pengurangan Fonem
Kata Tidak Baku
Kata Baku
Tak
Tidak
Trampil
Terampil
Tapi
Tetapi

-          Pengubahan Fonem
Kata Tidak Baku
Kata Baku
Telor
Telur
Obah
Ubah
Nampak
Tampak

e. Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung  harus digunakan secara tepat,  yang sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
·       Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
·       Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
·       Untuk keterangan alat di gunakan kata dengan.
·       Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
·       Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
·       Untuk keterangan penyerta di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
·       Untuk keterangan perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
·       Untuk keterangan sebab di gunakan kata karena, sebab.
f.  Penulisan  kata secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar seperti :
·       Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
·       Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
·       Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat yang sesudahnya.
Selain  kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula terdapat kesalahan sebagai berikut :
·     Penulisan partikel  “non” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Non-Indonesia
Non Indonesia
Non-Batak
Non Batak
Nonformal
Non Formal, non-formal

·       Penulisan partikel “sub” seperti pada contoh :
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Subbab
Sub bab, sub-bab
Subbagian
Sub bagian, sub-bagian

·       Penulisan pertikel “per” seperti pada contoh:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Per jam
Perjam
Per bulan
Perbulan
Per tahun
Pertahun

·     Penulisan kata “per” yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau ‘memperlakukannya sebagai’.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Perbesar
Per besar
Persingkat
Per singkat

·       Penulisan  kata “ pun “ yang mempunyai arti ”juga” harus dituliskan secara terpisah dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Aku pun
Akupun
Sedikit pun
Sedikitpun

·       Penulisan kata “pun” pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus dituliskan serangkai  dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Meskipun
Meski pun
Bagaimanapun
Bagaimana pun

·         Penulisan  kata “pasca”  bentuk terikat pasca ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Pascasarjana
Pasca sarjana, pasca-sarjana
Pascapanen
Pasca panen, pasca-panen

·       Penulisan awalan tertentu, seperti:
Penulisan yang benar
Penulisan yang salah
Bertolak belakang
Bertolakbelakang
Mendarah daging
Mendarahdaging

g.  Homonim, Homofon, Homograf
·         Homonim
Homo artinya sama, nim berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama bunyi tetapi berbeda makna.
Contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam perjudian.
·       Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna.
Contoh :Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
·     Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna.
Contoh : Ular kobra itu bisanya mematikan.
  Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pilang karena latihan.
h.   Kata Abstrak dan Kata Konkrit
·       Kata abstrak berupa konsep.
Contoh: Kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan.
·       Kata konkrit berupa objek yang dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji.

2.     Penulisan Unsur Serapan
Penulisan Unsur Serapan dalam suatu tulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga ditentukan oleh kecermatan penulisan unsur serapan dan ketepatan pemakaian tanda baca. Ketidakcermatan penulisan unsur serapan dan ketidaktepatan pemakaian tanda baca dapat mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat mengerti maksud (isi) pembicara. Sehubungan dengan itu, pengguna bahasa juga harus cermat dan tepat menggunakan kedua aspek kaidah ejaan tersebut. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan dan tanda baca, berikut ini akan dijelaskan beberapa kaidah yang bertalian dengan kedua aspek ejaan Penulisan Unsur Serapan dalam EYD tersebut.
a.      Penyajian
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integritasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapanya maupun penulisannya, dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan Penulisan Unsur Serapan dalam EYD dengan kaidah penyerapan yang disertai dengan sejumlah contoh.
b.     Penyerapan secara alamiah
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai penyerapan secara alamiah.
Contoh:
Abjad     mode       badan       potret
Ilham     sehat      perlu       arloji
sirsak    hikayat    meja        listrik
abad      radio      kitab       imitasi
kabar     orator     minggu      supir
c.      Penyerapan seperti bentuk asal
Unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
shuttle cock           cum laude        bridge
de facto                 hockey
curriculum vitae     status quo
d.     Penyerapan dengan terjemahan
Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui penerjemahan kata-kata asing tersebut. Penerjemahan ini dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dapat berupa satu kata asing dipadankan dengan satu kata atau lebih dalam bahasa Indonesia.




Contoh:
Kata Asing                Terjemahan Indonesianya
feed back                 umpan balik (balikan)
medical                     pengobatan
take off                     lepas landas
point                         butir
input                        masukan
output                      keluaran
e.      Penyerapan dengan perubahan
Unsur-unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam penyerapan ini, perlu diusahakan agar ejaan dan lafal asing (asal) hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dilakukan agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri umum (Internasional).
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan seperti ini diatur dalam sejumlah kaidah. Ada lima puluh tujuh ketentuan mengenai perubahan dan penyusunan bunyi dari kata asing ke kata Indonesia.
Contohnya dapat dilihat pada bentuk serapan berikut:
Bentuk Asal             Bentuk Serapan            Bentuk Asal     Bentuk Serapan
octaaf                      oktaf                               caisson            kaison
haematite                 hematit                           structure          struktur
construction             konstruksi                      circulation        sirkulasi
accomodation          akomodasi                      acclamation     aklamasi
accent                      aksen                             charisma          karisma
technique                 teknik                             check              cek
effective                   efektif                            system             sistem
idealist                     idealis                            station            stasiun
geometry                 geometri                         fossil               fosil

f.  Penyerapan akhiran asing

               Di samping penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia juga mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing itu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan. Akhiran asing itu ada yang diserap sebagai bagian kata yang utuh, seperti kata standardisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata implemen, dan kata objektif di samping kata objek. Akhiran-akhiran itu antara lain –is, -isme, -al, –ik, –ika, -wan, -wati, -log, dan –ur. 
g.           Unsur serapan diberi imbuhan bahasa Indonesia
Penulisan unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat diberi imbuhan bahasa Indonesia. Pemberian imbuhan pada unsur serapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu proses pengimbuhannya mengikuti kaidah bahasa Indonesia atau proses pengimbuhannya tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Apabila unsur serapan itu sudah dirasakan seperti bahasa Indonesia, maka proses pengimbuhannya mengikuti bahasa Indonesia. Jika unsur serapan itu masih dirasakan seperti bahasa asing, maka proses pengimbuhannya dapat saja tidak mengikuti aturan bahasa Indonesia.
Contoh:
kontak             mengontak
opname           diopname
kritik                 mengkritik
terjemah           menerjemahkan
sukses              menyukseskan
protes               memprotes



E.    Metodologi Penelitian
            Metodologi yang akan kami lakukan dalam penelitian ini adalah metodologi pengamatan (observasi). Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki.
F.    Daftar Pustaka
http://piiekaa.blogspot.com/2012/12/analisis-kesalahan-penggunaan-bahasa.html,diunduh pada Kamis, 26 November 2014, pukul 15.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Pamflet, diunduh pada Sabtu, 29 November 2014, pukul 19:29
http://nevindaelwa.blogspot.com/2013/10/diksi-atau-pilihan-kata-dalam-bahasa.html, diunduh pada Jumat, 5 Desember 2014, pukul 12:47 WIB
http://www.pemudaintelektual.com/2014/05/penulisan-unsur-serapan-dalam-eyd.html, diunduh pada Sabtu, 6 Desember 2014, pukul 13:12 WIB